3 Serangan Paling Brutal Israel ke Palestina di Bulan Ramadan
Ramadan sering dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan di wilayah Palestina dan Israel. Hal ini kembali terjadi selama bulan Ramadan 2024. Salah satu titik utama ketegangan adalah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, tempat suci yang memiliki makna besar bagi umat Muslim dan orang Yahudi yang mengenalnya sebagai Temple Mount.
Selama bulan Ramadan, ribuan umat Muslim beribadah di Masjid Al-Aqsa. Namun, Israel kerap membatasi jumlah warga Palestina yang bisa mengaksesnya dan bahkan melakukan penggerebekan oleh pasukan keamanannya. Pada Ramadan 2024, insiden serupa kembali terjadi, menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di bulan suci tersebut.
Saat ini, negosiasi terkait gencatan senjata tahap II antara Hamas dan Israel sedang berlangsung dengan mediasi dari Qatar dan Mesir. Diharapkan, kesepakatan ini bisa mencegah berulangnya serangan yang brutal di Ramadan 2025.
3 Serangan Paling Brutal Israel ke Palestina di Bulan Ramadan
- Serangan Pasukan Israel ke Masjid Al-Aqsa
Pasukan Israel secara rutin menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa saat umat Muslim Palestina beribadah selama Ramadan. - Pada Ramadan 2024, polisi Israel kembali menyerang jamaah di dalam kompleks suci tersebut pada malam hari, menyebabkan ketegangan semakin meningkat.Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap Masjid Al-Aqsa selama Ramadan terjadi secara berulang. Pada 2023, lebih dari 300 warga Palestina ditangkap, dan sedikitnya 170 orang terluka akibat serangan pasukan Israel. Sementara pada Mei 2021, pasukan Israel menembakkan gas air mata, peluru baja berlapis karet, serta granat kejut ke arah jamaah yang sedang melaksanakan ibadah, mengakibatkan ratusan korban luka-luka.
- Serangan Udara di Jalur Gaza
Selain di Yerusalem, serangan udara Israel ke Jalur Gaza selama Ramadan 2024 juga menjadi salah satu aksi paling - brutal yang terjadi. Serangan ini menghantam permukiman warga sipil, menewaskan banyak orang, termasuk wanita dan anak-anak. Beberapa fasilitas umum, termasuk rumah sakit dan sekolah, juga mengalami kerusakan parah.Serangan udara ini disebut sebagai aksi balasan terhadap kelompok
- bersenjata di Gaza, tetapi faktanya, banyak korban berasal dari kalangan sipil yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata. Kekerasan ini mendapat kecaman luas dari komunitas internasional, namun hingga kini belum ada tindakan tegas untuk menghentikan agresi tersebut.
- Peningkatan Kekerasan di Tepi Barat
Tidak hanya di Gaza dan Yerusalem, ketegangan juga meningkat di Tepi Barat selama Ramadan 2024. - Pasukan Israel melakukan serangkaian operasi militer di berbagai kota di wilayah ini dengan dalih menangkap kelompok bersenjata. Namun, operasi ini sering kali menyebabkan korban jiwa di pihak warga sipil Palestina.Selain itu, pemukim Israel juga meningkatkan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Insiden perusakan rumah, pembakaran ladang, dan serangan fisik terhadap warga sipil meningkat drastis selama Ramadan, menambah penderitaan bagi rakyat Palestina.
Harapan Gencatan Senjata Berlanjut hingga Ramadan 2025
Saat ini, upaya untuk mencapai gencatan senjata tahap II antara Hamas dan Israel terus berlangsung. Dengan mediasi dari Qatar dan Mesir, diharapkan kesepakatan ini bisa diperpanjang hingga bulan Ramadan 2025 agar insiden kekerasan yang terjadi pada Ramadan 2024 tidak terulang lagi.
Dunia internasional diharapkan bisa memainkan peran lebih aktif dalam mengupayakan perdamaian dan memberikan perlindungan kepada warga Palestina. Keamanan dan kebebasan beribadah di tempat suci seperti Masjid Al-Aqsa harus dijaga agar bulan Ramadan benar-benar menjadi waktu yang penuh kedamaian bagi semua umat Muslim di dunia.