Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir

Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir

Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir

Ketegangan di Gaza kembali meningkat setelah Israel memutuskan untuk memanggil pasukan cadangan guna menghadapi kemungkinan berakhirnya gencatan senjata dengan Hamas. Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025 telah memungkinkan pembebasan beberapa sandera Israel dan tahanan Palestina. Namun, kini kesepakatan tersebut berada di ambang kegagalan setelah Hamas menunda pembebasan sandera berikutnya.

Pada Sabtu (15/2/2025), Hamas seharusnya membebaskan tiga sandera Israel sesuai dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan AS. Namun, Hamas mengklaim bahwa Israel telah melanggar ketentuan gencatan senjata, sehingga mereka menunda pelepasan sandera. Sebagai respons, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan mobilisasi pasukan di sekitar Gaza, sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa jika Hamas tidak memenuhi kewajibannya, maka pertempuran akan kembali terjadi.

Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir
Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir

Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera maka tidak ada gencatan senjata, dan itu berarti perang terjadi,” kata Katz dalam sambutannya di markas pertahanan Israel di Tel Aviv.

Protes dan Ketegangan di Dunia Arab

Israel Panggil Pasukan Cadangan Saat Gencatan Senjata di Gaza Terancam Berakhir Keputusan Israel

dan Hamas untuk saling menekan dalam perundingan gencatan senjata ini juga beriringan dengan meningkatnya kemarahan di dunia Arab, terutama setelah munculnya pernyataan dari Presiden AS, Donald Trump, mengenai masa depan Gaza. Trump mengusulkan rencana kontroversial yang melibatkan pengambilalihan Gaza, relokasi penduduk Palestina, dan pembangunan resor pantai bertaraf internasional di daerah tersebut.

Semua sandera harus dibebaskan paling lambat Sabtu siang atau saya akan membiarkan kekacauan terjadi di Gaza,” ujar Trump dalam pernyataannya.

Usulan ini menuai protes dari berbagai pihak, termasuk dari Raja Abdullah II dari Yordania, yang memperingatkan bahwa langkah Trump akan memperburuk situasi dan meningkatkan instabilitas di kawasan. Gedung Putih pun mengonfirmasi bahwa Trump telah meminta Yordania untuk memastikan Hamas memahami parahnya situasi jika mereka tidak segera membebaskan sandera sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Israel Perketat Militer, Hamas Tak Gentar

Sebagai respons terhadap potensi gagalnya gencatan senjata, Israel memerintahkan mobilisasi pasukan cadangan serta peningkatan jumlah tentara di perbatasan selatan, dekat Gaza. Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan ragu untuk melanjutkan serangan intensif jika Hamas gagal memenuhi tenggat waktu.

Namun, Hamas menolak tunduk pada tekanan Israel dan Amerika Serikat. Juru bicara Hamas, Hazaem Qassem, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima ancaman, dan bahwa kontak masih berlangsung dengan mediator seperti Mesir dan Qatar untuk mencari solusi atas kebuntuan ini.

“Hamas tidak akan tunduk pada ancaman Amerika dan Israel,” ujar Qassem dalam sebuah pernyataan resmi.

Situasi di Gaza dan Tepi Barat: Demonstrasi dan Protes

Sementara itu, di Beitunia, Tepi Barat yang diduduki Israel, ribuan warga Palestina menyambut pembebasan sekitar 90 tahanan Palestina oleh Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata. Para pemuda Palestina tampak mengibarkan bendera nasional bersama spanduk Hamas (hijau) dan Hizbullah (kuning) saat mereka menyambut bus Palang Merah yang membawa para tahanan yang baru dibebaskan.

Massa bersorak, meneriakkan yel-yel, dan membunyikan klakson mobil saat dua bus yang membawa para tahanan tiba di Beitunia,” lapor AFP.

Aksi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Palestina masih solid dalam mendukung perjuangan mereka, sementara di sisi lain Israel tetap bersikeras mempertahankan posisinya terhadap Hamas.

Dampak Potensial Jika Gencatan Senjata Berakhir

Jika gencatan senjata berakhir, ada beberapa dampak yang dapat terjadi, baik dari sisi politik, militer, maupun kemanusiaan:

  1. Konflik Militer Meluas
    • Israel kemungkinan akan melanjutkan operasi militernya di Gaza dengan skala yang lebih besar.
    • Hamas mungkin akan merespons dengan meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel.
    • Potensi eskalasi dapat melibatkan negara-negara lain di Timur Tengah.
  2. Meningkatnya Korban Sipil
    • Jika pertempuran kembali pecah, korban sipil di Gaza bisa meningkat secara signifikan.
    • Organisasi kemanusiaan akan kesulitan mengirim bantuan jika konflik kembali memanas.
  3. Ketegangan Politik di Level Global
    • AS, yang selama ini mendukung Israel, kemungkinan akan mendapat tekanan lebih besar dari dunia internasional.
    • Negara-negara Arab seperti Yordania, Mesir, dan Qatar akan berusaha mencari jalan damai untuk menenangkan situasi.
    • PBB bisa menghadapi dilema dalam mengambil tindakan diplomatik untuk menengahi konflik ini.
  4. Dampak Ekonomi dan Keamanan di Wilayah Palestina dan Israel
    • Perekonomian di Gaza yang sudah hancur akibat konflik akan semakin terpuruk.
    • Israel kemungkinan akan memperketat keamanan di wilayahnya, meningkatkan ketegangan di Tepi Barat.

Apa Langkah Selanjutnya?

BACA JUGA :Serangan Israel Terus Berlanjut di Gaza Jelang Gencatan Senjata Minggu

Saat ini, semua mata tertuju pada tenggat waktu Sabtu (15/2/2025), yang akan menjadi penentu apakah gencatan senjata akan tetap berlaku atau berakhir dalam kekacauan. Opsi yang tersedia di antaranya:

  1. Hamas Membebaskan Sandera Tepat Waktu
    • Jika Hamas mematuhi kesepakatan dan membebaskan tiga sandera pada tenggat waktu, gencatan senjata kemungkinan akan diperpanjang.
    • Ini akan memberikan ruang bagi mediator untuk mencari kesepakatan jangka panjang.
  2. Gagalnya Kesepakatan dan Kembalinya Perang
    • Jika Hamas tetap menunda pembebasan sandera, maka kemungkinan besar perang kembali berkobar.
    • Israel sudah bersiap untuk operasi militer besar, dan Hamas kemungkinan akan melakukan serangan balasan.
  3. Intervensi Diplomatik dari Negara Mediator
    • Mesir dan Qatar berusaha menekan kedua belah pihak untuk tetap dalam gencatan senjata.
    • Tekanan dari komunitas internasional, termasuk PBB, bisa menjadi penentu apakah perundingan lanjutan bisa dilakukan.

Situasi di Gaza berada di titik kritis, dengan potensi berakhirnya gencatan senjata jika Hamas dan Israel gagal mencapai kesepakatan. Israel telah memobilisasi pasukan cadangan, sementara Hamas tetap bertahan dengan tuntutan mereka. Di sisi lain, pernyataan kontroversial Donald Trump tentang masa depan Gaza telah memperburuk ketegangan di dunia Arab.

Kini, keputusan Hamas untuk membebaskan sandera atau tidak pada Sabtu mendatang akan menjadi penentu utama bagi masa depan konflik ini. Jika gencatan senjata gagal, perang baru mungkin tak terelakkan, dengan dampak yang luas baik di tingkat militer, politik, maupun kemanusiaan.

Bagaimana menurut Anda? Apakah konflik ini masih bisa dihindari, ataukah eskalasi baru akan terjadi? Berikan pendapat Anda di kolom komentar! ⚠️📰

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *