Penusukan di SD Korea Selatan, Siswa Tewas Ditikam
Tragedi mengerikan terjadi di sebuah sekolah dasar di Kota Daejeon, Korea Selatan, pada Senin (10/2/2025). Seorang guru perempuan berusia 40-an tahun ditangkap setelah mengakui telah menikam seorang siswa perempuan berusia delapan tahun, yang akhirnya meninggal dunia akibat luka yang dideritanya.
Menurut laporan dari kantor berita AFP, kejadian ini mengejutkan publik karena Korea Selatan dikenal sebagai negara dengan tingkat kejahatan yang sangat rendah. Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan fatal yang sempat terjadi di negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kronologi Insiden Penusukan di SD Daejeon
1. Korban Berada di Sekolah untuk Program Penitipan Anak
Berdasarkan laporan polisi, korban awalnya berada di sekolah bukan untuk kegiatan belajar biasa, tetapi untuk mengikuti program penitipan anak setelah jam pelajaran. Program ini banyak dimanfaatkan oleh orangtua yang bekerja hingga malam hari, sehingga anak-anak mereka tetap berada di sekolah sebelum dijemput.
Korban seharusnya mengikuti kelas seni privat setelah program penitipan anak selesai. Namun, ia tidak pernah sampai di kelas tersebut, yang membuat orangtuanya khawatir dan melapor ke pihak sekolah.
2. Guru dan Korban Ditemukan dalam Kondisi Luka
Setelah menerima laporan dari orangtua korban, polisi segera melakukan pencarian di area sekolah. Sekitar pukul 18.00 waktu setempat, petugas menemukan korban dan guru dalam kondisi terluka.
- Korban mengalami luka tusuk serius dan tidak sadarkan diri
- Guru ditemukan dengan luka di leher dan lengannya, yang diduga merupakan usaha bunuh diri
Korban segera dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong. Sementara itu, pelaku juga mendapatkan perawatan medis sebelum ditangkap untuk pemeriksaan lebih lanjut.Penusukan di SD Korea Selatan, Siswa Tewas Ditikam
1. Guru Tercatat Cuti Karena Depresi
Dalam penyelidikan awal, polisi menemukan bahwa pelaku sebelumnya telah cuti dari pekerjaannya karena mengalami depresi. Ia baru kembali mengajar di akhir tahun 2024, setelah cuti panjang untuk alasan kesehatan mental.
Namun, belum diketahui apakah kondisi mentalnya berperan dalam insiden ini, atau ada faktor lain yang mendorongnya melakukan tindakan keji tersebut.
2. Dugaan Konflik dengan Korban atau Orangtuanya
Selain faktor kesehatan mental, polisi juga sedang menyelidiki kemungkinan adanya konflik antara pelaku dengan korban atau keluarganya.
Beberapa spekulasi muncul bahwa guru tersebut mungkin mengalami tekanan psikologis, baik dari lingkungan kerja maupun dari hubungan dengan siswa dan orangtua mereka. Namun, belum ada konfirmasi mengenai apakah korban memang menjadi target spesifik dari kekerasan ini.
Korea Selatan dan Kasus Kekerasan yang Meningkat
Meskipun dikenal sebagai salah satu negara teraman di dunia, Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan kasus kekerasan, termasuk kasus penusukan yang tidak biasa.
Menurut statistik resmi, tingkat pembunuhan di Korea Selatan pada tahun 2021 adalah 1,3 per 100.000 orang, jauh di bawah rata-rata global yang mencapai 6 pembunuhan per 100.000 orang.
Namun, sejumlah insiden kekerasan fatal telah mengguncang negara ini, terutama sejak tahun 2023.
BACA JUGA : Tentara Israel Tembak Mati Wanita Hamil Palestina, Bayi yang Belum Lahir Ikut Meninggal
Beberapa Kasus Kekerasan Fatal di Korea Selatan
1. Penusukan di Sekolah Menengah Daejeon (Agustus 2023)
Sebelumnya, pada Agustus 2023, seorang guru sekolah menengah di Kota Daejeon juga menjadi korban penusukan oleh seorang pria tak dikenal. Insiden ini terjadi di dalam lingkungan sekolah dan menghebohkan warga Korea Selatan.
Pelaku dalam kasus tersebut berhasil ditangkap, namun motif di balik serangan masih menjadi misteri hingga saat ini.
2. Penyerangan di Kota Bundang (Agustus 2023)
Pada bulan yang sama, seorang pelaku menabrakkan mobilnya ke jalur pejalan kaki di Kota Bundang, dekat Seoul, sebelum kemudian menyerang orang-orang dengan pisau di sebuah department store.
Serangan brutal ini menyebabkan beberapa orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Kedua insiden di atas menunjukkan bahwa meskipun tingkat kriminalitas di Korea Selatan masih tergolong rendah, ancaman kekerasan secara acak mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Respons Pihak Berwenang terhadap Insiden Ini
Pihak kepolisian Korea Selatan segera mengamankan lokasi kejadian dan mulai melakukan investigasi terhadap kasus ini.
1. Pemeriksaan Guru yang Jadi Pelaku
Guru yang menjadi pelaku masih menjalani perawatan medis karena luka di leher dan lengannya. Setelah kondisinya stabil, polisi berencana untuk melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Peningkatan Keamanan di Sekolah
Setelah insiden ini, pihak berwenang dan sekolah-sekolah di Korea Selatan mulai mempertimbangkan pengetatan sistem keamanan, termasuk:
- Memperketat akses ke dalam sekolah bagi orang luar
- Peningkatan pengawasan terhadap guru dan staf sekolah yang memiliki riwayat kesehatan mental
- Memasang lebih banyak kamera pengawas di dalam lingkungan sekolah
3. Diskusi Mengenai Kesehatan Mental di Dunia Pendidikan
Kasus ini juga kembali membuka diskusi tentang kesehatan mental di kalangan tenaga pendidik.
Pemerintah Korea Selatan sedang mengevaluasi apakah sistem seleksi dan pemantauan kesehatan mental bagi guru sudah cukup ketat.
Salah satu kebijakan yang mungkin diterapkan ke depan adalah screening kesehatan mental tahunan bagi semua tenaga pendidik, untuk memastikan bahwa mereka dalam kondisi stabil sebelum berinteraksi dengan siswa.
Dampak Sosial dan Reaksi Masyarakat
Insiden ini telah menggemparkan masyarakat Korea Selatan, terutama para orangtua yang kini mulai khawatir dengan keamanan anak-anak mereka di sekolah.
1. Kekhawatiran Akan Keamanan Sekolah
Banyak orangtua mulai mempertanyakan sistem keamanan di sekolah-sekolah Korea Selatan. Mereka menuntut adanya kebijakan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
2. Diskusi Tentang Peran Guru dan Tanggung Jawab Sekolah
Beberapa kelompok pendidikan menyerukan evaluasi ulang terhadap kondisi kerja dan tekanan mental yang dialami oleh para guru, terutama mereka yang memiliki riwayat kesehatan mental yang buruk.
Masyarakat juga mulai mempertanyakan bagaimana sekolah bisa mengizinkan seseorang yang baru saja cuti karena depresi untuk kembali mengajar tanpa pemantauan lebih lanjut.
Tragedi yang Mengguncang Korea Selatan
Kasus penusukan ini menjadi pengingat bahwa bahkan di negara dengan tingkat keamanan tinggi, kekerasan dapat terjadi kapan saja.
Beberapa poin penting dari kasus ini:
- Seorang siswa berusia delapan tahun tewas ditikam oleh gurunya
- Pelaku sebelumnya cuti karena depresi dan baru kembali mengajar akhir tahun lalu
- Polisi masih menyelidiki motif di balik kejadian ini
- Pihak berwenang mulai mempertimbangkan langkah-langkah keamanan baru untuk sekolah
Masyarakat Korea Selatan kini berharap agar pemerintah dapat mengambil tindakan cepat untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan, serta meningkatkan sistem pemantauan kesehatan mental di dunia pendidikan.