Site icon BETTYPATU | Menyajikan Informasi Terkini tentang Peristiwa Nasional dan Internasional

Warga Gaza Saat Kembali ke Lingkungannya, Ada yang Jualan Kopi atau Jadi Tukang Cukur

Warga Gaza Saat Kembali ke Lingkungannya, Ada yang Jualan Kopi atau Jadi Tukang Cukur

GAZA – Di tengah gencatan senjata di Gaza, warga Palestina yang telah kembali ke lingkungannya mulai berusaha menjalankan aktivitas sehari-hari mereka meskipun di tengah keterbatasan. Mereka mencoba bertahan dengan membuka kembali usaha kecil mereka, meskipun lingkungan sekitar masih dalam kondisi hancur. Ada yang berjualan kopi keliling, membuka pangkas rambut di antara reruntuhan, hingga mendirikan warung kebab.

Warga Gaza Saat Kembali ke Lingkungannya, Ada yang Jualan Kopi atau Jadi Tukang Cukur

Seorang anak laki-laki di Kamp Pengungsi Jabalia terlihat menjajakan kopi panas sambil berteriak, “kopi, kopi!” di tengah puing-puing bangunan yang runtuh. Di ujung jalan, seorang remaja terlihat tengah dipangkas rambutnya di tempat pangkas rambut sementara. Meja-meja yang dipenuhi sayuran segar tampak menonjol di antara reruntuhan bangunan, menjadi tanda kehidupan yang perlahan kembali di Gaza utara.

Bertahan Hidup di Tengah Keterbatasan

Meskipun berusaha kembali beraktivitas, warga Gaza masih menghadapi banyak tantangan. Seorang pria mengungkapkan kondisi sulit yang mereka hadapi setiap harinya:

“Saya punya sofa, kasur terbaik, kasur tebal. Tapi saya tidak mandi selama 40 hari,” ujarnya kepada Sky News, Jumat (14/2/2025).

Di tengah reruntuhan, orang-orang membuat api unggun untuk memasak dan menghangatkan diri. Sementara itu, alat berat seperti buldoser terus bekerja membersihkan puing-puing untuk membuka kembali jalanan yang berlumpur akibat hujan. Namun, kehidupan di Gaza tetap sulit, terutama saat malam hari ketika suhu turun dan banyak warga yang masih tinggal di tenda darurat.

Ola Nasser (57), seorang warga Gaza, berusaha membuat atap di bawah bongkahan beton bangunan yang rawan runtuh.

“Dinding beton ini memberi perlindungan lebih baik daripada terpal, terutama ketika kami menyalakan api untuk memasak,” katanya.

Tekad Warga Gaza untuk Bertahan

Ola Nasser menegaskan bahwa dia dan warga lainnya tidak akan meninggalkan Gaza, meskipun situasi semakin sulit.

“Kami lahir di Beit Hanoun, di Gaza. Tidak mungkin kami meninggalkan Gaza kecuali dengan tandu atau telah mati,” tegas Ola.

Ia juga menyatakan bahwa rakyat Palestina akan terus mempertahankan tanah mereka, terlepas dari tekanan yang diberikan Israel.

“Israel bermimpi Gaza menjadi bagian darinya. Tetapi ketika kami meninggal, anak-anak kami tidak akan lupa. Ini tanah kami, tanah kakek nenek kami. Dan anak-anak kami akan tetap tinggal di sini, suka atau tidak,” jelasnya.

Bantuan yang Belum Mencukupi

Sementara itu, Israel mengklaim telah mengizinkan 600 truk bantuan masuk setiap hari melalui perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir. Namun, bantuan yang masuk masih belum mencukupi kebutuhan warga Gaza, terutama dalam sektor kesehatan.

“Sangat sedikit bantuan yang datang sejak gencatan senjata, dibandingkan dengan kebutuhan sektor kesehatan Gaza,” kata Dr. Mustafa Hanna, seorang dokter di Rumah Sakit Al Shifa.

Beberapa kebutuhan yang paling mendesak bagi warga Gaza saat ini meliputi:

Meskipun menghadapi situasi sulit, warga Gaza menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Mereka berusaha membangun kehidupan mereka kembali dengan membuka usaha kecil, seperti:

  1. Penjual Kopi Keliling – Berjualan kopi di tengah reruntuhan sebagai sumber penghasilan.
  2. Tukang Cukur Darurat – Membuka pangkas rambut meskipun dengan fasilitas seadanya.
  3. Warung Kebab dan Sayuran – Menyediakan makanan di tengah kondisi yang sulit.

Kehidupan yang terus berjalan di Gaza mencerminkan semangat bertahan hidup yang tinggi. Meskipun mereka kehilangan rumah dan harta benda, mereka tetap berusaha bertahan dan membangun kembali komunitas mereka.

BACA JUGA:Hamas Tangguhkan Pembebasan Sandera, Militer Israel dalam Siaga Tertinggi

Situasi di Gaza masih jauh dari kata normal, tetapi warga yang kembali berusaha untuk menata kehidupan mereka kembali. Berjualan kopi, membuka pangkas rambut, dan mendirikan warung makanan adalah upaya kecil yang menunjukkan harapan dan ketahanan mereka di tengah kehancuran. Namun, mereka masih sangat membutuhkan bantuan lebih banyak, terutama dalam bentuk tempat berlindung, pasokan medis, dan bahan bakar.

Perjuangan Membangun Kehidupan Kembali

Ola Nasser (57) telah membuat atap untuk dirinya sendiri di bawah bongkahan beton bangunan yang rawan runtuh. Itu adalah rumahnya, dan dinding beton menawarkan perlindungan yang lebih baik daripada terpal, terutama jika sedang menyalakan api di dalamnya. “Kita tidak dapat menerima apa yang dia (Donald Trump) katakan. Kita lahir di Beit Hanoun, di Gaza, tidak mungkin kita akan meninggalkan Gaza kecuali dengan tandu atau telah mati,” ungkap Ola.

“Israel bermimpi Gaza menjadi bagian darinya. Tetapi ketika kita meninggal, anak-anak kita tidak akan lupa. Ini tanah kami, dan tanah kakek nenek kami. Dan anak-anak kita akan tetap tinggal di sini, suka atau tidak,” jelas dia. Sementara itu, Israel mengatakan telah mengizinkan 600 truk bantuan masuk setiap hari melalui perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir. Ini berarti makanan lebih mudah tersedia. Namun, masih ada kebutuhan mendesak lainnya bgai warga Gaza yakni lebih banyak tempat berlindung, bahan bakar, dan pasokan medis. “Sangat sedikit bantuan yang datang sejak gencatan senjata, dibandingkan dengan kebutuhan sektor kesehatan Gaza,” kata Dr. Mustafa Hanna, yang bekerja di rumah sakit Al Shifa.

Exit mobile version